MA MAFATIHUL HUDA Jl. Diponegoro No.01 Madiredo Pujon Malang

EKTRA BATIK MA

Hasil Menbatik Siswa MA Mafatihul Huda Bersama Siswa SMP Negeri 01 Pujon

GEDUNG MA MAFATIHUL HUDA

terlihat dari arah sebelah Timur

PASUKAN PASKIBRA

Kegiatan Karnaval 17 Agustus Desa Madiredo Pujon Malang

PRAKTIKUM LAP IPA

Cara Menggunakan Alat Mikroskop beserta Fungsinya

OUT BON GURU DAN SISWA

Rafting di Coban Rondo Pujon Malang

Senin, 13 April 2020

MATERI PUISI KELAS X


MATERI PUISI
Kelas X (MA Mafatihul Huda)

PENGERTIAN PUISI: Struktur, Unsur, Ciri, Jenis-Jenis & Contoh Puisi

Pengertian Puisi – Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang sering kita temui dan dipelajari pada bangku SMA. Puisi adalah bentuk ekspresi diri yang menggambarkan keresahan, imajinasi, kritik, pemikiran, pengalaman, kesenangan ataupun nasehat sesorang.
Indonesia mempunyai banyak sastrawan puisi tersohor, diantaranya adalah Chairil Anwar, WS Rendra, Sapardi Djoko Damono, Taufik Ismail. Sedangkan beberapa karya puisi yang terkenal diantaranya adalah Karawang Bekasi, Aku Ingin, Aku dan masih banyak lainnya.
Nah, dalam artikel kali ini kita akan membahas tentang seluk beluk puisi, mulai dari pengertian atau definisi puisi, unsur, karakteristik, cara membuat serta cara membacanya.
Puisi merupakan suatu karya sastra berupa ungkapan isi hati penulis di mana di dalamnya ada irama, lirik, rima, dan ritme pada setiap barisnya. Dikemas dalam bahasa yang imajinatif dan disusun dengan kata yang padat dan penuh makna.
Pengertian Puisi Menurut Para Ahli
  • Menurut H.B Jassin Puisi adalah suatu karya sastra yang diucapkan dengan sebuah perasaan yang di dalamnya mengandung suatu pikiran-pikiran dan sebuah tanggapan-tanggapan. 
  • Menurut Sumardi Puisi adalah karya sastra dengan bahasa dipadatkan, dipersingkat dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan kata-kata bermakna kiasan (imajinatif). 
  • Menurut James Reevas Puisi merupakan ungkapan bahasa yang penuh dan kaya akan daya pikat. 
  • Menurut Herman Waluyo Puisi adalah suatu karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan memokuskan semua kekuatan bahasa dalam sebuah struktur fisik dan struktur batinnya. 
Karya puisi mengandung nilai estetika tersendiri. Orang yang membuat puisi disebut dengan penyair puisi. Tiap puisi memiliki karakteristik tersendiri diantara satu dengan lainnya.

Ciri-Ciri Puisi

  • Puisi memiliki rima atau sajak yang teratur
  • Puisi bermakna konotatif
  • Puisi bersifat simetris.
  • Puisi juga lebih menggunakan sajak syair, atau pola pantun. (puisi lama)
  • Puisi terdiri dari kesatuan sintaksis (gatra)
  • Bahasa yang digunakan puisi lebih padat daripada prosa dan drama.

Unsur-Unsur Puisi
Dalam puisi terdapat unsur-unsur yang membentuknya. Unsur Puisi terdiri dari struktur batin dan struktur fisik.

1. Struktur Fisik Puisi

Struktur fisik puisi adalah  unsur puisi yang bisa dilihat dan diamati secara langsung dengan mata. Struktur ini terdiri dari diksi, citraan/imaji, majas, kata konkret, tipografi dan rima.
  • Diksi adalah pemilihan kata oleh seorang penyair untuk mendapatkan efek yang sesuai dengan keinginannnya. Pemilihan diksi pada puisi sangat berpengaruh dengan makna yang ingin disampaikan penyair.
  • Tipografi Adalah bentuk format suatu puisi, seperti pengaturan baris, batas tepi kertas kanan, kiri, atas, bawah, jenis huruf yang digunakan. Unsur ini berpengaruh pada pemaknaan dari isi puisi itu sendiri.
  • Majas adalah pemakaian bahasa dengan cara melukiskan sesuatu dengan konotasi khusus sehingga arti sebuah kata bisa mempunyai banyak makna.
  • Kata Konkret adalah susunan kata yang memungkinkan terjadinya imaji. Kata konkret seperti permata senja menggambarkan pantai, atau tempat yang sesuai dengan datangnya senja.
  • Imaji atau Citraan adalah pemberi gambaran kepada para pendengar/pembaca agar seolah-olah dapat melihat, mendengar, merasakan atau mengalami hal-hal yang terkandung dalam puisi. Citraan mempunyai 6 macam, diantaranya citraan penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, perabaan dan pergerakan.
  • Rima atau Irama Adalah persamaan bunyi dalam penyampaian puisi dari awal hingga akhir puisi. Beberapa bentuk rima di antaranya: (1) Onomatope: Tiruan bunyi, misalnya prank yang mengungkapkan sesuatu yang pecah. (2) Bentuk intern pola bunyi, yaitu aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi, dan sebagainya. (3) Pengulangan kata, yaitu penentuan tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemah suatu bunyi.

2. Struktur Batin Puisi

Struktur batin puisi adlaah unsur pembangunan puisi berupa makna yang tidak terlihat oleh mata. Contohnya adalah tema, nada, suasana, perasaan dan amanat/tujuan.
  • Tema/ Makna adalah unsur ini berupa makna yang tersirat yang ingin disampikan penulis kepada pembaca/ pendengar.
  • Nada adalah sikap penyair terhadap audience-nya, yang berkaitan dengan makna dan rasa. Dari nada yang terdengar, audience dapat menyimpulkan sikap penulis sedang mendikte, menggurui, memandang rendah, atau sikap lainnya.
  • Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis pada para audience-nya.
  • Perasaan adalah sesuatu hal yang dilatari oleh latar belakang penyair, misalnya agama, pendidikan, kelas sosial, jenis kelamin, pengalaman sosial, dsb.

Jenis-Jenis Puisi

Secara umum, puisi terbagi menjadi 3 jenis puisi, diantaranya adalah puisi lama, puisi baru dan puisi kontemporer.

1. Puisi Lama

Puisi lama adalah puisi yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Puisi jenis ini terbagi kedalam beberapa jenis pula, diantaranya adalah pantun, talibun, pantun berkait (seloka), pantun kilat (karmina), gurindam, syair, mantra sll.
  • Pantun adalah puisi yang terdiri dari empat larik dengan rima akhir ab-ab. Pantun dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, seperti pantun lucu, pantun anak, dan sebagainya.
  • Mantra yaitu ucapan-ucapan yang dipercaya dapat mendatangkan kekuatan magic. Biasanya dipakai dalam acara tertentu, contohnya mantra yang dirapal untuk menolak turunnya hujan atau sebaliknya.
  • Karmina yaitu salah satu prosa dimana bentuknya lebih pendek dari pantun. Saking pendeknya, biasa juga disebut dengan pantun kilat.
  • Seloka yaitu pantun berkait berasal dari Melayu klasik yang berisi pepatah.
  • Gurindam yaitu puisi yang terdiri dari dua bait, yang mana tiap baitnya terdiri dari dua baris kalimat dengan rima yang sama. Biasanya terkandung nasihat dan amanat.
  • Syair adalah puisi yang tersusun atas empat baris dengan bunyi akhiran yang serupa. Syair biasanya menceritakan sebuah kisah dan di dalamnya terkandung amanat yang ingin disampaikan penyairnya.
  • Talibun yaitu pantun yang lebih dari empat baris dan memiliki rima abc-abc.

2. Puisi Baru

Puisi baru adalah puisi yang lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam jumlah baris, suku kata, maupun rima. Beberapa jenis puisi baru adalah sebagai berikut.
  • Balada adalah sajak sederhana yang mengisahkan tentang cerita rakyat yang mengharukan. Terkadang disajikan dalam bentuk dialog, atau dinyanyikan.
  • Himne (Gita Puja) adalah sejenis nyanyian pujaan yang ditujukan untuk Tuhan, atau Dewa, atau sesuatu yang dianggap penting dan sakral.
  • Ode adalah puisi lirik berisikan sanjungan kepada orang yang berjasa dengan nada agung dan tema serius. Umumnya ode ditujukan untuk orang tua, pahlawan dan orang-orang besar.
  • Epigram yaitu puisi yang berisi tentang ajaran dan tuntunan hidup. Epigram berarti unsur pengajaran, nasihat, membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman hidup.
  • Romansa yaitu puisi cerita yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Puisi romansa menimbulkan efek romantisme.
  • Elegi yaitu syair atau nyanyian yang mengandung ratapan dan ungkapan dukacita, khususnya pada peristiwa kematian.
  • Satire yaitu puisi yang menggunakan gaya bahasa berisi sindiran, atau kritik yang disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme, atau parodi.
  • Distikon yaitu puisi yang masing-masing bait terdiri dari dua baris (dua seuntai).
  • Terzina adalah puisi yang masing-masing bait terdiri dari tiga baris (tiga seuntai).
  • Kuatren adalah puisi yang masing-masing bait terdiri dari empat baris (empat seuntai).
  • Kuint yaitu puisi yang masing-masing bait terdiri dari lima baris (lima seuntai).
  • Sekstet yaitu puisi yang masing-masing bait terdiri dari enam baris (enam seuntai).
  • Septima yaitu puisi yang masing-masing bait terdiri dari tujuh baris (tujuh seuntai).
  • Oktaf/ Stanza yaitu puisi yang masing-masing bait terdiri dari delapan baris (delapan seuntai).
  • Soneta yaitu puisi yang terdiri dari 14 baris yang dibagi menjadi dua, dimana dua bait pertama masing-masing 4 baris, dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta merupakan puisi paling terkenal karena terkesan susah untuk diciptakan. Namun, hal tersebut justru menjadi tantangan tersendiri bagi para penyair.

3. Puisi Kontemporer

Puisi kontemporer adalah jenis puisi yang berusah keluar dari ikatan konvensional. Puisi kontemporer selalu berusaha menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan tidak lagi mementingkan irama, gaya bahasa dan lain-lainnya yang terdapat dalam puisi lama maupun baru.
Puisi kontemporer dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
  • Puisi Mantra, yaitu mengambil sifat-sifat dari mantra.
  • Puisi Mbeling, yaitu puisi yang sudah tidak mengikuti aturan umum dan ketentuan dalam puisi.
  • Puisi Konkret, yaitu puisi yang lebih mengutamakan bentuk grafis (wajah dan bentuk lainnya) dan tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media.

Cara Membuat Puisi

1. Tentukan Tema atau Judul
Dalam menentukan tema, pilihlah tema yang menarik dan sesuai dengan topik yang berkembang di masyarakat. Misal, tema tentang gempa, atau tsunami yang baru saja terjadi.
Jika sudah menentukan tema, kemudian tentukan judulnya. Kunci memilih judul adalah jangan keluar dari tema yang Anda pilih. Judul jangan terlalu panjang, namun mewakili puisi yang akan Anda sampaikan.
2. Menentukan Kata Kunci
Jika Anda sudah menentukan tema dan judul, langkah selanjutnya adalah menentukan kata kunci akan dikembangkan menjadi kalimat. Misalnya satu kata kunci yang digunakan untuk satu larik, atau satu kata kunci untuk membuat satu bait.
3. Menggunakan Gaya Bahasa
Gaya bahasa akan memperindah puisi itu sendiri. Anda bisa menggunakan berbagai macam majas agar pembaca, atau pendengar tidak bosan membacanya.
Namun, harus digarisbawahi jika penempatan diksi, atau gaya bahasa yang tidak tepat akan mengurangi bahkan menghilangkan makna dari isi yang terkandung di dalamnya.
4. Kembangkan Puisi Semenarik Mungkin
Selanjutnya adalah mengembangkan kata kunci menjadi kalimat-kalimat indah yang mewakili perasaan Anda. Pilihlah kata yang padat dan sarat makna di dalamnya.
Tiga hal yang berkaitan dengan kata dan larik dalam puisi, yaitu:
  • Kata adalah satuan rangkaian bunyi yang ritmis, indah dan merdu.
  • Makna kata yang mengandung banyak tafsir.
  • Mengandung imajinasi mendalam tentang hal yang dibicarakan.

Cara Membaca Puisi yang Baik

  • Ekspresi, mimik muka dan penjiwaan puisi
  • Kinesik atau gerakan tubuh yang sesuai dengan puisi yang dibawakan
  • Artikulasi atau kejelasan dan ketepatan pelafalan kata.
  • Irama Panjang pendek, tinggi rendah, keras lembutnya suara
  • Intonasi atau penekanan kata
  Contoh puisi
Siapakah Engkau, Corona

Marhalim Zaini, 2020


Siapakah Engkau, Corona
Sejak engkau datang, kami mengurung diri
dalam rumah. Mengunci pintu dan jendela, menutup
Lubang angin, menutup segala yang terbuka dari rasa
takut. Padahal kami tak tahu, engkau ada di luar
Atau di dalam tubuh kami.

Siapakah engkau, Corona?
Engkau mengusir kami dari Jalan-jalan, mal, pasar,
kantor-kantor, sekolah, kampus-kampus, bahkan
dari rumah ibadah kami. Padahal kami selalu tak mampu
untuk keluar dari keramaian dalam kepala kami.

Siapakah engkau, Corona.
Engkau datang seperti bala tentara dalam
operasi senyap. Menembaki ribuan orang
di seluruh dunia dengan peluru kecemasan,
padahal kami hanya orang biasa yang tak
Punya senjata, yang selalu percaya bahwa
perang hanya untuk para tentara.
Siapakah engkau, Corona?
Hari ini, kami memang akhirnya mengunci diri
Dalam rumah, tapi kami tidak sedang menyerah.
Peluru-peluru sedang kami siapkan dari doa-doa
yang setiap saat kami rapalkan. Kami punya iman
yang setiap waktu menyala dalam kegelapan.

Tapi siapakah engkau, Corona.

Apakah engkau hanya datang sebagai pengecut, yang
menyerang saat kami buta. Saat kami kerap lalai
menyalakan api iman dalam dada. Saat kami terlalu
bahagia dengan gemerlap dunia, dan lupa pada
dosa-dosa.
Corona, siapapun engkau, kami tak lagi peduli.
Karena hari ini, kami sedang berdiam dalam diri,
mencari tahu, siapakah kami sesungguhnya
dalam tubuh yang fana.


Demikian artikel singkat tentang dunia kepuisian. Mulai dari pengertian puisi dan hal-hal lain yang berkaitan dengannnya. Semoga bermanfaat .

Materi Drama Kelas XI



DRAMA
Kelas XI MA Mafatihul Huda

Pendidikan.Co.Id – Pada saat ini kita akan membahas mengenai Drama, Drama sendiri merupakan bentuk sastra yang mengilustrasikan kehidupan dengan menyampai sebuah permasalahan dengan melalui dialog. untuk lebih jelas baca artikel dibawah ini sampai habis :
Pengertian Drama
Drama merupakan salah satu dari bentuk karya sastra yang menggambarkan atau mengilustrasikan kehidupan dengan menyampaikan konflik dengan melalui dialog. Didalam sebuah drama terdapat unsur intrinsik, yakni unsur yang membangun sebuah karya sastra terdapat di dalamnya.
Jenis Drama
Dengan beerdasarkan penyajian lakon, drama tersebut dapat dibedakan menjadi delapan (8) jenis, diantaranya sebagai berikut:
1.      Tragedi
merupakan sebuah drama yang penuh dengan kesedihan
2.     Komedi
merupakan sebuah drama penggeli hati yang penuh dengan kelucuan.
3.     Tragekomedi
merupakan sebuah perpaduan antara drama tragedi dan komedi.
4.     Opera
merupakan sebuah drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik.
5.     Melodrama
merupakan sebuah drama yang dialognya diucapkan dengan diiringi melodi/musik.
6.     Farce
merupakan sebuah drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan.
7.     Tablo
merupakan sebuah jenis drama yang mengutamakan gerak, para pemainnya tidak mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan gerakan-gerakan.
8.    Sendratari
merupakan sebuah gabungan antara seni drama dan seni tari.
Dengan berdasarkan sarana pementasannya, pembagian jenis drama tersebut dibagi diantaranya:
1.      Drama Panggung
merupakan sebuah drama yang dimainkan oleh para aktor dipanggung.
2.     Drama Radio
merupakan sebuah drama radio tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya bisa didengarkan oleh penikmat.
3.     Drama Televisi
merupakan sebuah hampir sama dengan drama panggung, hanya bedanya drama televisi tak dapat diraba.
4.     Drama Film
merupakan sebuah drama film menggunakan layar lebar dan biasanya dipertunjukkan di bioskop.
5.     Drama Wayang
merupakan sebuah drama yang diiringi pegelaran wayang.
6.     Drama Boneka
merupakan sebuah para tokoh drama digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh beberapa orang.
Jenis drama selanjutnya adalah dengan berdasarkan ada atau tidaknya naskah drama. Pembagian jenis drama berdasarkan naskah drama ini, antara lain:
1.      Drama Tradisional
merupakan sebuah tontonan drama yang tidak menggunakan naskah.
2.     Drama Modern
merupakan sebuah tontonan drama menggunakan naskah.

Struktur Drama

Berikut merupakan 3 struktur drama:
1.      Prolog (adegan pembukaan).
2.     Dialog (percakapan).
3.     Epilog (adegan akhir atau penutup).

Ciri-Ciri Drama

Ciri-ciri drama adalah seperti yang berikut:
1.      Harus ada konfliks
2.     Harus ada aksi
3.     Harus dilakonkan
4.     Tempo masa kurang daripada 3 jam
5.     Tiada ulangan dalam satu masa

Unsur-Unsur Intrinsik Drama

Unsur- unsur tersebut, diantaranya sebagai berikut:

a.             Tokoh

Tokoh merupakan orang yang berperan dalam sebuah drama. Tokoh tersebut dapat dibedakan menjadi berikut.
Berdasarkan sifatnya
tokoh diklasifikasikan diantaranya sebagai berikut.
  • Tokoh protagonis, yakni tokoh utama yang mendukung cerita.
  • Tokoh antagonis, yakni tokoh penentang cerita.
  • Tokoh tritagonis, yakni tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis.
Berdasarkan perannya
tokoh uty diklasifikasikan menjadi tiga (3), yakni sebagai berikut:
  • Tokoh sentral, yakni tokoh-tokoh yang paling menentukan dalam sebuah drama. Tokoh sentral adalah penyebab dari terjadinya konflik. Tokoh sentral tersebut meliputi tokoh protagonis serta juga tokoh antagonis.
  • Tokoh utama, yakni tokoh pendukung ataupun penentang tokoh sentral bisa juga sebagai perantara dari tokoh sentral. Dalam hal ini ialah tokoh tritagonis.
  • Tokoh pembantu, yakni tokoh-tokoh yang memegang peran sebagai pelengkap atau tambahan dalam rangkaian cerita
b.                 Perwatakan/Penokohan
Perwatakan/penokohan merupakan penggambaran sifat batin seseorang tokoh yang disajikan didalam suatu cerita. Perwatakan tokoh-tokoh dalam drama itu digambarkan dengan melalui dialog, ekspresi, atau tingkah Iaku sang tokoh. Watak dari para tokoh itu digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional) sebagai berikut.
1.      Keadaan fisik, diilustrasikan dengan melalui umurjenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmani, ciri khas yang menonjol, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, suku bangsa, kurus/ gemuk, atau suka senyum/cemberut.
2.     Keadaan psikis, ini melingkupi watak, kegemaran,standar moral, temperamental, ambisi, psikologis yang dialami, mental, dan keadaan emosi.
3.     Keadaan sosiologis, ini melingkupi jabatan, pekeijaan, kelas sosial, ras, agama, dan ideologi.

c.              Setting atau Latar

Setting ataupun tempat kejadian cerita sering disebut juga sebagai latar cerita Setting melingkupi tiga dimensi, antara lain sebagai berikut
1.      Setting tempat merupakan tempat terjadinya cerita didalam sebuah drama, Setting tempat tidak dapat berdiri sendiri. Setting tempat tersebut berhubungan dengan setting ruang serta waktu.
2.     Setting waktu merupakan waktu/zaman/periode sejarah terjadinya cerita didalam sebuah drama.
3.     Setting suasana merupakan suasana yang mendukung terjadinya cerita. Setting cerita tersebut dapat didukung dengan tata suara atau juga tata lampu saat pementasan drama,

d.            Tema

Tema adalah gagasan pokok atau juga ide yang mendasari pembuatan dari sebuah drama. Tema yang biasa diangkat dalam drama tersebut, melingkupi: masalah percintaan, kritik sosial, kemiskinan, kesenjangan sosial, penindasan, keluarga yang retak, patriotisme, perikemanusiaan,ketuhanan, dan renungan hidup

e.             Amanat atau Pesan Pengarang

Amanat merupakan pesan yang disampaikan oleh pengarang kepada para pembaca atau penonton dengan melalui karyanya (termasuk drama). Amanat tersebut memiliki sifat kias subjektif dan umum, sedangkan untuk tema bersifat lugas, objektif, serta juga khusus. Amanat drama itu selalu berhubungan dengan tema drama.

f.                Dialog (Percakapan)

Ciri khas naskah drama tersebut berbentuk cakapan atau dialog, Dibawah ini merupakan beberapa hal yang berkaitan dengan dialog dalam naskah drama.
1.      Dialog tersebut harus mencerminkan percakapan sehari-hari, karena didalama drama itu merupakan mimetik (tiruan) dari kehidupan sehari-hari.
2.     Ragam bahasa dalam dialog drama tersebut menggunakan bahasa lisan yang komunikatif serta juga bukan ragam bahasa tulis.
3.     Diksi (pilihan kata) yang digunakan didalam sebuah drama juga harus berhubungan dengan konflik serta plot.
4.     Dialog dalam naskah drama tersebut juga harus bersifat estetis, artinya adalah memiliki bahasa yang indah.
5.     Dialog juga harus dapat mewakili tokoh yang dibawakan, baik  ituwatak secara psikologis, sosiologis, ataupun juga fisiologis.

g.             Konflik

Konflik merupakan pertentangan atau juga masalah dalam drama. Konflik tersebut dibedakan menjadi dua, konflik eksternal dan internal.
  • Konflik eksternal merupakan sebuah konflik yang terjadi antara tokoh dengan sesuatu yang berada di luar dirinya.
  • Konflik internal merupakan konflik yang terjadi antara tokoh dengan dirinya sendiri.

Tahapan Drama

Dalam perkembangannya drama tersebut berarti suatu karangan prosa atau juga puisi yang disusun dalam bentuk percakapan serta dapat dipentaskan. Dalam mementaskan drama tersebut perlu waktu dan proses yang panjang. Proses tersebut ialah sebagai berikut.

Penelitian atau Penyeleksian Naskah

1.      Naskah drama tersebut diseleksi apakah layak serta juga dapat dipentaskan atau tidak.
2.     Penafsiran atau Penghayatan Naskah
3.     Naskah drama itu ditafsirkan mengenai isi, latar, cerita, tokoh, watak tokoh, dan jalan ceritanya. ,

Pemilihan Peran atau Tokoh

Pemilihan peran tersebut disebut juga dengan casting. Dalam proses tersebut para pemain drama itu ditunjuk menjadi salah satu tokoh didalam naskah drama. Pemain yang sudah ditunjuk tersebut harus memahami watak, sifat, tingkah laku, serta juga gerakan tokoh yang akan diperankannya.

Latihan

Para pemain drama tersebut juga harus benar-benar berlatih dalam memerankan tokoh. Pemain harus dapat mengekspresikan dialog yang telah dipelajari.

Memerankan Drama

Dibawah ini merupakan beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan dalam memerankan naskah drama,
  • Tiap-tiap kata itu harus diucapkan dengan jelas.
  • Bagus pada Tekanan keras lembutnya pengucapan (tekanan dinamik).
  • Tekanan tinggi rendahnya suatu pengucapan suatu kata didalam kalimat (tekanan nada).
  • Tekanan cepat lambatnya suatu pengucapan suatu kata didalamkalimat (tekanan tempo).
  • Pengucapan pengembangan, tersebut dapat dicapai denganmelalui cara sebagai berikut, yaitu: menaikkan volume suara, menaikkan tinggi pada nada, menaikkan kecepatan pada tempo suara, serta juga mengurangi volume tinggi nada dan juga kecepatan tempo suara?
  • Menunjukkan gerakan tubuh (gerak-gerik) serta juga ekspresi wajah (mimik) yang sesuai dengan karakter atau juga watak tokoh yang dimainkan atau diperankan. Melalui mimik serta juga gerak tubuh pemain yang harus dapat menunjukkan perasaan yang sedang dialami oleh tokoh yang sedang diperankan.
  • Watak tokoh didalam sebuah drama terlihat didalam percakapan antartokoh. Dalam percakapan tersebut tergambar sifat serta juga tingkah laku tiap-tiap tokoh.
Nah itulah penjelasan mengenai Pengertian Drama, Struktur, Ciri, Jenis, Unsur, Dan Tahapan, semoga dapat bermanfaat untuk anda.